PROFIL GURU IDEAL PERSPEKTIF ISLAM
oleh: Azhim Muntholib
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan pendidikan Islam, diantaranya adalah pendapat al-Ghazali yang merumuskan tujuan pendidikan Islam kedalam dua segi, yaitu membentuk insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Menurut al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat. Manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui ilmu untuk memberi kebahagiaan di dunia dan sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah.
Ilmu dalam pandangan ilmuwan muslim sangat berbeda jauh dengan ilmu dalam definisi barat. Beberapa filosof muslim dan praktisi pendidikan mengemukakan definisi ilmu yang beragam, diantaranya adalah Ibn ‘Arabi yang mengatakan bahwa ilmu adalah tahsil al-qalb amran-ma ‘ala had ma huwa ‘alayhi dhalika al-amr, penerimaan mental atas ilmu tentang segala hal dalam batas dirinya apa adanya. Lebih dalam lagi al-Attas berpendepat bahwa ilmu adalah tibanya makna dalam jiwa sekaligus tibanya jiwa pada makna.
Seorang guru bukan hanya sekedar pentransfer ilmu ke otak peserta didik, tapi tugas guru -yang dalam istilah al-Attas disebut dengan muaddib- adalah menanamkan adab dan nilai-nilai luhur islam ke dalam jiwa peserta didik serta memancing peserta didik agar dapat mengambil sumber ilmu darimana saja sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Menjadi seorang guru harus diniatkan untuk mengejar gelar Rabbani dan melahirkan generasi pembangun peradaban.
Guru bukanlah profesi mengejar kekayaan. Guru adalah profesi yang sangat mulia di muka bumi ini sehingga memerlukan pribadi-pribadi yang mempunyai profil dengan sifat-sifat utama. Diantara profil ideal seorang guru menurut an-Nawawi adalah: mengharapkan ridha Allah semata, tidak berlaku sombong, menghiasi diri dengan akhlak terpuji, menyambut dan menasihati murid dengan rendah hati dan perlakuan yang baik, mendidik akhlak mulia, memahami fardhu dan terus bersemangat dalam mengajar serta menguatkan selalu niat dan tekad murid agar bisa sukses menuju cita-citanya.
Ada tiga langkah yang harus dilalui seorang guru agar bisa kompeten di bidangnya. Pertama, nikmatilah adab dan tinggalkanlah jejak adab yang baik bagi peserta didik. Kedua, jika masih membujang maka segeralah untuk menikah, sebab pernikahan dapat menambah hikmah dan muru’ah bagi seorang guru. Ketiga, terus perbaiki kapasitas diri dan lakukan beberapa hal yang menggembirakan agar aura positif selalu memancar dari jiwa.
Guru yang baik menurut George Sarton adalah guru yang landasan keilmuannya terbangun di atas pondasi yang benar. Pondasi-pondasi keilmuan tersebut adalah pengetahuan superfisial ragam cabang sains, memehami metode sejarah, memiliki semangat kesejarahan, mengetahui filsafat sains, mengetahui bahasa asing dan menjadikan profesi guru bukan sebagai pekerjaan sampingan.
Landasan keilmuan tersebut lalu dikembangkan dan didayagunakan untuk kebaikan-kebaikan dalam proses pembelajaran. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan guru sebelum memulai proses pembelajaran agar orientasi peserta didik dapat diarahkan sesuai dengan visi besar dari pendidikan Islam. Diantaranya sebagai berikut:
- Tazkiyah murid agar siap memulai pengadaban. Tazkiah sebelum adab. Adab sebelum ilmu.
- Menghadirkan perasaan berhutang. Sebagaimana dijelaskan oleh al-Attas, bahwa beragama kita yang benar harus mampu menghadirkan fitrah alami, penyerahan diri, kekuatan hukum dan merasa berhutang.
- Kenalkan dan optimalkan sarana pengambil ilmu
- Senang berkisah dan terus belajar pada ahli berkisah
- Kembangkan high-order thinking dengan tadabbur al-Qur’an
- Menggunakan teknik mendidik Nabi sesuai kebutuhan
*disarikan dari
perkuliahan supervise pendidikan Islam sesi 02 yang diampu oleh Dr. Wido
Supraha
Komentar
Posting Komentar